Gusli, Sosok Milenial yang Sukses Mengembangkan Sayuran Khas Jepang

By Admin


nusakini.com - Lulus pendidikan tinggi lalu memilih bekerja di kantor memakai pakai dasi tidak berlaku bagi Agus Ali Nurdin atau yang lebih dikenal dengan Gusli. Generasi millenial lulusan D3 Teknologi Benih IPB dan S1 Agronomi IPB ini memilih untuk mengembangkan sektor pertanian. Berkesempatan mengikuti program magang di Jepang kini ia telah mampu memperoleh pendapatan kurang lebih Rp 500 juta per bulan.

“Dari awal saya sudah tertarik untuk menjadi petani karenanya saya memilih sekolah pertanian (SPPMA) pembangunan menengah atas kemudian lanjut ke IPB . Nah 2008 ini sampai 2009 mendapatkan program magang pertanian di Jepang lokasinya di Wakaya Makeng atau provinsi Wakayama dengan luasan kebun jeruk 6 ha dan 15 ha lahan padi. Dikarenakan persyaratannya sebelum magang kita harus memiliki usaha tani, sejak tahun 2005 saya membuat kelompok tani bernama Okeagaru Agriteng di Majalengka. Unik memang nama kelompok tani saya, Okeagaru itu artinya bangkit dan membangkitkan bangun dan membangunkan saya berharap dalam kelompok tani yang saya bentuk terdapat sinergi untuk saling membangun usaha tani ini. Dari magang itu saya diajarkan bagaimana mengintregasikan mekanisasi dan indusri pertanian berbasis teknologi”, papar Gusli.

Tak cukup membuka usaha tani di Majalengka, ia pun hijrah ke wilayah Bogor pada tahun 2009 bekerjasama dengan rekan sesama alumni Yuki Ramdani kami membuka lahan 2 hektar sayuran organik dan spesialis sayuran jepang. “Alhamdulillah tahun 2010 saya sudah dapat memasarkan produk di Susi Tei Bandung. Kenapa kami memilih sayuran khas Jepang karena kami melihat adanya potensi pasar yang dan tingginya permintaan akan sayuran jepang seperti kyuuri, horenso, kinoko, nasu, daikon dan lainnya dimana belum terlalu banyak petani yang mengembangkan sayuran khas Jepang ini. Banyaknya permintaan memotivasi kami untuk membuka lahan seluas 4 hektar di Pacet Cianjur. Saat ini kami telah menjadi pemasok utama di 25 restauran Yoshinoya di Jakarta dan 3 restauran Sushi Tei di Bandung” ungkap Gusli optimis.

Sebagai generasi milenial, Gusli ingin teman-teman seusianya tertarik dan bersama untuk membangun serta mengembangkan sektor pertanian. Kini lahan milik Okiagaru Farm seluas 17 ha tersebar di Cianjur, Cisarua dan Depok bahkan telah bersertifikat organik sejak 2016 dari LSO Inofice. Komunitas Okiagaru dibentuk berbentuk koperasi, ia beranggapan melalui koperasi dapat mengimbangi persaingan usaha dan mengakomodir kepentingan semua anggota. Tak hanya itu Gusli pun tengah menginisiasi hadirnya Okiagaru Mart.

“Dalam komunitas yang kami bangun, kami tanamkan jiwa bertani profesional, cara mengolah dan manajemennya. Kami ingin menjawab opini masyarakat yang mengatakan bahwa bertani adalah pekerjaan yang tidak menjanjikan menjadi bertani merupakan usaha yang sangat menjanjikan. Kami melatih dan menanamkan jiwa bertani bahkan kami tidak malu untuk mecantumkan pekerjaan sebagai petani di KTP sebagai sikap profesional kami. Untuk memenuhi orderan, kami lihat siapa saja yang memiliki hasil panen dan terus bisa berkesinambungan. Jadi ada yang menanam, ada yang panen. Maka produksi tidak akan berhenti setiap harinya. Okiagaru memiliki visi sebagai lembaga agribisnis petani muda yang Mandiri, inovatif, profesional, bertaraf Internasional, berbasis ekonomi syariah dan ramah lingkungan ungkap Gusli”.

Semua usaha yang dilakukan Gusli membuat dirinya terpilih menjadi salah satu Duta Pengusaha Pertanian Millenial oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2019. Ia mengatakan generasi milenial harus fokus dan bersinergi untuk membangun sektor pertanian. Tidak ada usaha yang sia-sia, semua bergantung pada kemauan kita untuk mengembangkan diri. Kalau bukan kita yang mengembangkan sektor pertanian maka siapa lagi? Kita yang harus mengisi dan mengembangkan sektor pertanian ini, jaman sudah berubah cara-cara tradisional sudah berganti dengan mekanisasi dan kemajuan teknologi, maka kita generasi milenial yang harus mengambil peranan dan berada di garda terdepan dalam penyediaan pangan di negara kita dan internasional melalui ekpor, ungkap Gusli di akhir wawancara. (lely)